Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured

    Aceh Berpeluang Isi Kebutuhan Logistik Pangan Jamaah Umrah untuk Arab Saudi - TRIBUNNEWS

    6 min read

     

    Aceh Berpeluang Isi Kebutuhan Logistik Pangan Jamaah Umrah untuk Arab Saudi

    By
    Ansari Hasyim
    aceh.tribunnews.com
    7 min

    Laporan Herianto I Banda Aceh

    SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kakanwil Bea dan Cukai Aceh Dr Safuadi menyatakan, peluang pasar produsen pangan kemasan di Aceh untuk mengekspor dan mengisi logistik pangan setengah jadi dan siap saji bagi para jamaah Umroh di Arab Saudi, sangat besar.

    “Misalnya ikan kemamah kaleng, emping melinjo, berbagai jenis kopi saset, sireboh, dendeng dan makanan jenis lainnya, yang sangat disukai jamaah umroh asal Indonesia dan luar negeri,” kata Safuadi kepada Serambinews

    Info peluang pasaran makanan setengah jadi dan siap saji Aceh untuk jamaah umroh di Arab Saudi, kata Kakanwil Bea dan Cukai Aceh itu, sudah disampaikan kepada Wakil Ketua Kadin Aceh Bidang Industri Pengolahan, Zakarya, pada pertemuan Senin (19/10/2021) di Kantor Kanwil Bea dan Cukai Aceh.

    Safuadi mengatakan, dirinya mengundang Wakil Ketua Kadin Bidang Industri pengolahan, Zakarya ke kantornya, untuk menindaklanjuti rencana wakil Ketua Kadin Aceh tersebut, mengembangan tanaman bawang merah dalam kawasan berikat di Pidie dan Pidie Jaya.

    Rencana pengembangan bawang merah Pidie dalam satu kawasan berikat, terus ditindaklanjuti, tapi peluang pasar produksi makanan setengah jadi dan siap saji yang terbuka lebar pasarnya di Arab Saudi, untuk makanan jamaah umroh Indonesia dan negara lain, perlu menjadi pemikiran bagi anggota Kadin Aceh dan produsen makanan kemasan UMKM yang ada di Aceh, untuk mengekspornya ke Mekkah dan Madinah.

    Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, mulai bulan depan sudah membuka pintu bagi ummat muslim dunia untuk berkunjung ke Mekkah dan Madinah guna pelaksanaan ibadah umroh dan lainnya.

    Jumlah jamaah yang akan melaksanakan ibadah umroh, puluhan ribu setiap bulannya, termasuk dari Aceh dan Indonesia.

    Antrean jamaah umrohnya juga sudah puluhan ribu orang, karena sudah dua tahun, pemerintah Kerajaan Arab Saudi, menutup kegiatan haji dan umroh di negaranya, akibat pandemi covid 19 yang melanda dunia sejak tahun 2019 sampai tahun 2021 ini.

    Pemerintah Aceh melalui dinas tehnisnya, perlu menyikapi peluang ekspor makanan setangah jadi dan siap saji ke Arab Saudi. Kakanwil BeaCukai Aceh, kata Safuadi, siap membantu dalam hal pengurusan bea cukainya, tapi untuk pengumpulan berbagai jenis makanan siap saji yang mau diekspor, ini menjadi tugas utama anggota Kadin Aceh bersama UMKM produsen makanan siap saji yang ada di Aceh, serta dinas tehnisnya.

    Bila satu kali bisa mengekspor dengan volume yang cukup dan kualitas yang bagus, kata Safuadi, untuk ekspor yang kedua kali dan seterusnya, akan berjalan mulus.

    Semua pekerjaan memang berat untuk memulai yang pertama kali, tapi jika dilakukan serentak dan bersama-sama, beban berat itu menjadi ringan.

    Untuk ekspor bawang merah Pidie, kata Kakanwil Bea dan Cukai Aceh, Dr Safuadi, Kadin Aceh perlu melakukan gerakan menanam bawang merah di Pidie dan Pijay, yang masyarakatnya mulai menyukai tanaman bawang merah.

    Hasil pemantauan kami di lapangan saat ini, ungkap Safuadi, sejak pandemi covid 19 tahun 2021 ini, dari Januari-Oktober, produksi bawang merah dari Pidie dan Pijay, sudah mampu memenuhi kebutuhan permintaan bawang merah lokal, sehingga bawang merah dari Brebes dan Cina, sudah jarang terlihat di Pasar Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pijay, Lhokseumawe, Aceh Utara dan Bireuen, Aceh Timur dan pantai Barat - Selatan Aceh.

    Pertemuan hari ini dengan Pengurus Kadin, kata Safuadi, adalah untuk memberikan informasi baru kepada Kadin Aceh, bahwa setelah Arab Saudi membuka kembali pelaksanaan umrah untuk masyarakat muslim dunia ke tanah Suci Mekkah dan Madinah, permintaan berbagai kebutuhan pokok di sana, termasuk bawang merah, bahan bumbu lain, ikan, kerupuk muling, akan meningkat tajam.

    Aceh harus bisa mengisi logistik konsumsi untuk pangan jamaah Umroh di Mekkah dan Madinah tersebut.

    Potensi itu, kata Safuadi, harus bisa diisi dari awal, sebelum orang dari daerah lain dan negara lain mengisinya.

    Pedagang bawang merah di Arab Saudi dan Dubai, membuka pasar impor bawang merah dari Aceh.

    Untuk bisa memenuhi permintaan bawang merah dari Arab Saudi dan Dubai itu, di Pidie dan Pijay, serta daerah lain, kita perlu membuka kawasan berikat pengembangan tanaman bawang merah.

    Pasca berakhirnya pandemi covid 19 nanti, orang tidak lagi banyak duduk di kedai kopi, tapi sudah mengurus tanaman bawang merah Pidie.

    Informasi dari Wakil Ketua Kadin Aceh, Zakarya, tanam bawang merah cukup menguntungan.

    Dalam satu hektare areal tanam bawang, bisa menghasilkan produksi bawang merah 6 ton. Harga beli bawang merah petani di Pidie saat ini berkisar Rp 20.000-Rp 22.000/Kg.

    Kalau satu hektare menghasilkan 6 ton, dikali Rp 20.000/Kg, omset penjulannya menjadi Rp 120 juta. Sementara modal tanam bawang satu hektar, sekitar Rp 35 – Rp 50 juta.

    Ini artinya, jika tanaman bawang merahnya tidak mengalami gagal panen, petaninya akan mendapatkan keuntungan Rp 70 juta, dalam waktu 65 hari kerja.

    Kepada Pengurus Kadin Aceh, Safuadi menyarakan, dalam pengembangan tanaman bawang merah di Pidie dan Pijay, harus melalui pengelompokan dan koperasi.

    Sehingga jadwal tanamnya diatur dengan luas areal tertentu. Kalau selama ini, setiap dua minggu sekali ada panen bawang 2 hektar di Pidie atau Pijay.

    Untuk bisa memenuhi pasar ekspor ke Arab Saudi dan Dubai, tanamnya jangan lagi 2-4 hektar, tapi 6-10 hektar/bulan.

    “Sisa pemenuhan kebutuhan lokal, bisa diekspor ke Arab Saudi dan Dubai,”ujar Safuadi.

    Untuk persyaratan mendapatkan kawasan berikat pengembangan bawang merah, kata Safuadi, kelompok tani yang mengembangkan tanaman bawang, harus punya gudang dan rumah pengering bawang merah, dan areal inti tanam bawang merahnya yang mamapu memenuhi permintaan pasara luar negeri.

    Fungsi Gudang itu, untuk penempatan konteiner sebagai tempat pemuatan bawang merah Pidie yang mau diekspor ke Arab Saudi dan Dubai.

    Sedangkan fungsi rumah pengering, untuk memproses pengeringan bawanag yang sudah di panen dengan suhu yang telah diatur, sehingga buah bawang merah yang di panen, bisa trahan sampai tiga bulan.

    Di Pidie, ada areal tanaman padinya sekitar 28.000 hektar, begitu juga di Pijay. Areal sawah untuk tanam padi itu, sebagian bisa digunakan tanam bawang, pada saat istrahat tanam padi.

    Masa tanam padi normalnya setahun dua kali, pada saat tidak tanam padi, bisa dimanfaatkan tanam bawang.

    “Tanam bawang merah pada istrahat tanam padi, untuk menudukung produksi bawang merah yang ditanam di lahan intinya. Hal ini dimaksudkan, ketika permintaan pasar bawang merah di luar negeri melonjak, kita bisa mengekspor dan mengisi kekosongan pasar bawang merah di luar negeri, yang selama ini diisi oleh Cina, Thailand dan Vietnam,” ujar Safuadi.

    Wakil Ketua Kadin Aceh, Zakarya menyatakan, pihaknya akan mengajak teman-teman di Kadin Aceh yang berminat mengembangkan tanaman bawang merah Pidie di Pidie dan Pijay.

    Peluang pasar bawang merah di Arab Saudi dan Dubai itu, kata Zakarya, harus bisa diisi bawang merah dari Pidie dan Pijay.

    Dukungan yang diberikan Kakanwil Bea dan Cukai Aceh, BI, dan OJK, yang telah menyatakan siap membantu petani bawanag merah di Pidie dan Pijay, untuk ekspor bawang Pidie ke Arab Saudi dan Dubai, kata Zakarya, segera disikapi dengan membangun gudang dan rumah pengering bawang merah di areal kawasan berikat pengembangan bawang merah Pidie yang akan diberikan Kanwil Bea dan Cukai Aceh, di Pidie dan Pijay.(*)

    Komentar
    Additional JS