Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured

    Ketegangan Rusia dan Ukraina Membawa Bitcoin ke Zona Hijau - Kontan

    4 min read

     

    Ketegangan Rusia dan Ukraina Membawa Bitcoin ke Zona Hijau

    Oleh:   Dirgantara

    Senin, 07 Februari 2022 18:44 WIB
    Ketegangan Rusia dan Ukraina Membawa Bitcoin ke Zona Hijau

    KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin, Ethereum dan aset kripto berkapitalisasi besar lainnya berada di zona hijau dalam perdagangan hari ini, Senin (7/2). 
    Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 18.00 WIB, Bitcoin terpantau menguat 2,40% ke level US$ 42.586,59 per BTC. Sementara Ethereum (ETH) juga naik 2,16% ke US$ 3.073,45 per ETH . Selain itu, Binance Coin (BNB) dan Cardano (ADA) juga sama-sama menguat 2,02% dan 5,18% menjadi masing-masing US$ 425,61 per BNB dan US$ 1,18 per ADA.
    CEO Litedex Protocol Andrew Suhalim mengatakan, kenaikan harga Bitcoin dan aset kripto lainnya tidak terlepas dari isu ketegangan geopolitik di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina, yang menyeret Amerika Serikat (AS) dan Eropa. 
    Dalam pernyataannya terbarunya, Presiden AS Joe Biden mendeklarasikan persatuan total di antara kekuatan Barat untuk melawan Rusia menyerang Ukraina. Pentagon bahkan menyiagakan 8.500 tentara untuk bergabung dengan NATO di Laut Hitam menghalau Rusia
    “Konflik yang terus memanas antara Rusia dan Ukraina akan berdampak terhadap menguatnya Bitcoin karena negara yang berkonflik merupakan negara penghasil tambang bitcoin terbesar di dunia,” kata Andrew dalam riset hariannya.
    Ia bilang, hal tersebut tercermin dari segi teknikal, di mana Bitcoin terus memantul dan tembus di level kisaran US$ 42.000. Dari sisi kapitalisasi pasar, Bitcoin pun sudah nyaris menyentuh US$ 810 miliar.
    Namun, aset kripto masih dibayangi sentimen negatif lainnya sehingga masih cenderung berfluktuasi, mencerminkan ketidakpastian di antara investor. Andrew menyebut, banyak di antara mereka biasanya beralih ke aset yang kurang stabil selama fase awal siklus pengetatan kenaikan suku bunga bank sentral beberapa negara maju, utamanya Amerika Serikat (AS).
    “Kemudian, ancaman kenaikan inflasi dapat memaksa bank sentral untuk menguras likuiditas dari pasar keuangan, yang telah mendukung kenaikan saham dan kripto selama setahun terakhir,” tutupnya.

    Selanjutnya: Tak Dapat Tunjukkan Antigen/PCR, KAI: Biaya Tiket KA Dikembalikan 75%

    Editor: Wahyu T.Rahmawati

    Ketegangan Rusia dan Ukraina Membawa Bitcoin ke Zona Hijau

    Oleh: Hikma Dirgantara

    Senin, 07 Februari 2022 18:44 WIB
    Ketegangan Rusia dan Ukraina Membawa Bitcoin ke Zona Hijau

    KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin, Ethereum dan aset kripto berkapitalisasi besar lainnya berada di zona hijau dalam perdagangan hari ini, Senin (7/2). 
    Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 18.00 WIB, Bitcoin terpantau menguat 2,40% ke level US$ 42.586,59 per BTC. Sementara Ethereum (ETH) juga naik 2,16% ke US$ 3.073,45 per ETH . Selain itu, Binance Coin (BNB) dan Cardano (ADA) juga sama-sama menguat 2,02% dan 5,18% menjadi masing-masing US$ 425,61 per BNB dan US$ 1,18 per ADA.
    CEO Litedex Protocol Andrew Suhalim mengatakan, kenaikan harga Bitcoin dan aset kripto lainnya tidak terlepas dari isu ketegangan geopolitik di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina, yang menyeret Amerika Serikat (AS) dan Eropa. 
    Dalam pernyataannya terbarunya, Presiden AS Joe Biden mendeklarasikan persatuan total di antara kekuatan Barat untuk melawan Rusia menyerang Ukraina. Pentagon bahkan menyiagakan 8.500 tentara untuk bergabung dengan NATO di Laut Hitam menghalau Rusia
    “Konflik yang terus memanas antara Rusia dan Ukraina akan berdampak terhadap menguatnya Bitcoin karena negara yang berkonflik merupakan negara penghasil tambang bitcoin terbesar di dunia,” kata Andrew dalam riset hariannya.
    Ia bilang, hal tersebut tercermin dari segi teknikal, di mana Bitcoin terus memantul dan tembus di level kisaran US$ 42.000. Dari sisi kapitalisasi pasar, Bitcoin pun sudah nyaris menyentuh US$ 810 miliar.
    Namun, aset kripto masih dibayangi sentimen negatif lainnya sehingga masih cenderung berfluktuasi, mencerminkan ketidakpastian di antara investor. Andrew menyebut, banyak di antara mereka biasanya beralih ke aset yang kurang stabil selama fase awal siklus pengetatan kenaikan suku bunga bank sentral beberapa negara maju, utamanya Amerika Serikat (AS).
    “Kemudian, ancaman kenaikan inflasi dapat memaksa bank sentral untuk menguras likuiditas dari pasar keuangan, yang telah mendukung kenaikan saham dan kripto selama setahun terakhir,” tutupnya.

    Selanjutnya: Tak Dapat Tunjukkan Antigen/PCR, KAI: Biaya Tiket KA Dikembalikan 75%

    Editor: Wahyu T.Rahmawati
    Komentar
    Additional JS