KENAPA Rusia-Ukraina Susah Berdamai? Menlu Ukraina: Ada 'Otoritas' di Baliknya Sulit Digambarkan - Tribunnnews
KENAPA Rusia-Ukraina Susah Berdamai? Menlu Ukraina: Ada 'Otoritas' di Baliknya Sulit Digambarkan - Halaman all

Kenapa gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina sulit terlaksana? Ini Penjelasan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba
TRIBUN-MEDAN.COM - Sudah 17 hari Rusia invasi Ukraina. Hingga saat ini, Minggu (13/3/2022), kedua negara tidak membuat kemajuan untuk menyepakati gencatan senjata.
Pertemuan terakhir dalam pembicaraan yang alot di Turki pada Kamis (10/3/2022), Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengungkapkan; "Kami juga berbicara tentang gencatan senjata, gencatan senjata 24 jam, tetapi tidak ada kemajuan yang dicapai dalam hal itu."
Pernyataan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba itu keluar setelah melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Antalya.
"Tampaknya, ada pembuat keputusan lain untuk masalah ini di Rusia," beber Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, dikutip Channel News Asia.
Ketika kesepakatan gencatan senjata belum tercapai, Dmytro Kuleba bersumpah: "Ukraina belum menyerah, tidak menyerah, dan tidak akan pernah menyerah."
Namun, Kuleba menambahkan, dia akan tetap siap untuk bertemu lagi dengan Lavrov "dalam format yang sama jika ada prospek atau diskusi substansial dan untuk mencari solusi".
"Kami siap untuk diplomasi, kami mencari keputusan diplomatik, kami pergi dengan dedikasi, mengorbankan diri kami sendiri, untuk mempertahankan tanah kami, rakyat kami, dalam menghadapi agresi Rusia," ujarnya.
Kuleba menggambarkan pertemuan dengan Lavrov sangat "rumit" karena Menteri Luar Negeri Rusia membawa "narasi tradisional" ke meja perundingan. Lanjut Kuleba ada "otoritas" yang sangat sulit digambarkan di balik keputusan Kremlin Moskwa.
Presiden Joe Biden Tak Mau Terprovokasi untuk Perang Dunia Ketiga
Di lain sisi, Presiden Amerika Serikat Joe Bident menegaskan telah siap jika terjadi perang dunia ketiga tetapi bukan di Ukraina. Alasan pertama Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yaitu jika NATO diserang.
Tetapi Biden tak mau ambil risiko jika harus memulainya dengan menghadapi Rusia di Ukraina. Hal itulah yang membuatnya menolak untuk menerapkan zona larangan terbang di langit Ukraina.
“Saat kami memberikan dukungan ke Ukraina, kami akan melanjutkan untuk berdiri tegak dengan sekutu kami di Eropa dan mengirin pesan yang jelas, bahwa kami akan membela setiap jengkal wilayah NATO,” ujar Biden di Philadelphia, Jumat (11/3/2022), seperti dikutip dari Bloomberg.
“Jika mereka bergerak sekali, kami akan merespons, memang itu Perang Dunia III. Tapi kami memiliki kewajiban suci di wilayah NATO,” lanjut Biden.
Biden menegaskan kembali bahwa AS tidak akan mengambil risiko dengan pertempuran melawan Rusia di Ukraina, termasuk tak akan menerapkan zona larangan terbang.
“Kami tak akan berjuang pada Perang Dunia III di Ukraina,” kata Biden di depan Partai Demokrat.
Biden juga menolak tawaran untuk menutup langit di atas Ukraina. Sebelumnya di depan kongres, Komandan Militer AS mengatakan, bisa menembak jatuh pesawat Rusia di langit Ukraina jika zona larangan diberikan.
“Jangan seperti anak-anak. Apa pun yang Anda katakan, itu akan menjadi Perang Dunia III, OK?” kata Biden.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan jajarannya terus meminta agar AS dan NATO untuk menerapkan zona larangan terbang di atas langit Ukraina.
Menurut Zelensky, hal itu bisa melindungi Ukraina dari usaha Rusia melakukan serangan udara dan pengeboman. Tetapi, AS dan NATO menegaskan tak akan memuluskan permintaan tersebut. Karena jika melakukan hal itu berarti telah mendeklarasikan peperangan dengan Rusia.
Di lain sisi, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson sempat mengungkapkan dirinya merasa tersiksa harus menolak permintaan Zelensky tersebut. Tetapi ia menegaskan bahwa hal itu berisiko untuk menimbulkan perang terbuka dengan Rusia.
Inilah Sejumlah Fakta Bantahan Rusia yang Ujungnya Kenyataan
1. Rusia awalnya dengan keras membantah akan melakukan invasi ke Ukraina
Pada Sabtu (19/2/2022) lalu, dikutip dari media nasional Rusia Tass, pihak Kremlin Moskwa membantah tuduhan Amerika Serikat jika militer Rusia akan melakukan invasi ke Ukraina.
Melalui Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov mengatakan bahwa tuduhan Washington mengenai potensi invasi ke Ukraina hanya upaya Washington mementahkan proposal keamanan Moskow.
Bahkan Anatoly Antonov menuduh AS dan para sekutunya itu telah menyebarkan informasi sesat.
"Saya ingin menekankan sekali lagi bahwa pemerintah Rusia tidak memiliki rencana agresif apa pun kepada Ukraina," kata Antonov dilansir dari Tass.
Antonov lagi-lagi menegaskan bahwa semua tuduhan AS dan sekutunya soal Rusia adalah tidak benar.
Namun Washington terus melontarkan ke publik dunia bahwa akan ada agresi Rusia ke Ukraina. Salah satu kebohongan Rusia menurut AS adalah evakuasi wara dari Donetsk dan Luhansk, dua wilayah separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Peringatan Washington pada saa itu, adanya kesediaan Rusia mengakomodasi warga di kedua wilayah tersebut (Donetsk dan Luhansk). Amerika Serikat menganggap adanya elemen propaganda Negeri Beruang Merah untuk meginvasi Ukraina sewaktu-waktu.
2. Rusia klaim hanya latihan bersama di perbatasan Ukraina, bukan mau melakukan invasi
Aksi saling lempar pernyataan antara Rusia dan Barat terus berlangsung.
AS berkukuh bahwa Rusia hendak menginvasi, sementara Moskow membantahnya dengan keras.
Rusia mengklaim bahwa lebih dari 100 ribu pasukannya di area perbatasan Ukraina timur untuk latihan bersama dengan Belarus. Bahkan, Rusia juga menyatakan telah menarik sebagian pasukannya dari perbatasan.
Namun Amerika Serikat menuduh, penarikan pasukan dari perbatasan itu hanya siasat kebohongan. Karena ketegangan di lapangan masih relatif tinggi.
Laporan intelijen AS, Presiden Joe Biden juga telah memperingatkan kalau Rusia "sangat mungkin" invasi Ukraina.
Menurut Biden, meskipun ada klaim dari Rusia bahwa ada penarikan tentara di perbatasan Ukraina, pihaknya belum memverifikasi hal tersebut.
"Para analis menunjukkan bahwa mereka tetap berada dalam posisi yang sangat mengancam. AS bersiap atas apapun yang terjadi," kata Biden seperti dilansir AFP, Rabu (16/2/2022) lalu.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan tentara dan prasarana-sarana pendukung telah meninggalkan wilayah perbatasan untuk kembali ke pangkalan. Hal itu sesuai dengan perencanaan Rusia. Bukan untuk menginvasi Ukraina.
Kanselir Jerman Olaf Scholz juga mengakui bawah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan padanya bawah Rusia tentu saja tidak menginginkan perang.
Hal itu dikatakan Kanselir Jerman Olaf Scholz setelah pertemuannya dengan Presiden Putin di di Moskow.
"Kami siap untuk bekerja sama lebih jauh. Kami siap untuk masuk ke jalur negosiasi," ujar Putin kepada Kanselir Jerman Olaf Scholz yang seraya mengonfirmasi penarikan sebagian pasukan dari perbatasan dengan Ukraina.
Namun, salah satu jaminan keamanan yang diminta Rusia adalah seputar keanggotaan NATO.
Menurut Kanselir Jerman Olaf Scholz, Rusia ingin AS dan NATO memastikan bahwa Ukraina tidak akan pernah bisa bergabung ke dalam aliansi tersebut. Namun AS dan NATO mengatakan pada saat itu, bahwa Ukraina berhak menentukan sendiri kebijakan negaranya yang merdeka dan berdaulat.
3. Rusia bantah kuasai pembangkit nuklir Chernobyl
Dari sejumlah gambar dan video yang beredar, sejumlah pasukan Rusia dengan senjata tempur telah memasuki area di sekitar pembangkit nuklir Chernobyl di kota Pripyat, Ukraina, pada Kamis (24/2/2022) lalu.
"Mereka berupaya merebut pembangkit nuklir itu," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dilansir Reuters.
Lewat akun Twitternya, Zelensky mencuit, “Para pembela kami memberikan nyawa mereka agar tragedi tahun 1986 tidak terulang kembali. Ini adalah deklarasi perang melawan seluruh Eropa,” tulisya, Kamis (24/2/2022).
Pembangkit nuklir itu mengalami kecelakaan nuklir terburuk di dunia ketika sebuah reaktor nuklir meledak pada April 1986 hingga memuntahkan limbah radioaktif ke seluruh Eropa. Pembangkit nuklir Chernobyl terletak sekitar 130 kilometer di utara ibu kota Kiev.
Reaktor yang meledak telah ditutup oleh semacam lapisan selter pelindung untuk mencegah kebocoran radiasi. Seluruh reaktornya juga telah dinonaktifkan.
Namun, tuduhan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskya itu dibantah pihak Kementerian Pertahanan Rusia.
Bahkan Kremlin Moskowa menuding, pernyataan Presiden Volodymyr Zelensky adalah sesat yang bikin seluruh Eropa menjadi tegang dan kacau. "Pernyataan Volodymyr Zelensky membuat kacau seluruh eropa."
Tapi, Rusia mengklaim telah menghancurkan 74 fasilitas militer Ukraina, termasuk 11 pangkalan udara pada hari pertama invasi, Kamis (24/2/2022) tersebut.
Pasukan khusus Rusia juga berhasil menguasai sebuah bandara Antonov yang terletak hanya 25 kilometer dari batas ibu kota Kiev dan berjarak hanya 40 kilometer dari Istana Kepresidenan Ukraina.
4. Bantah terjunkan pasukan dari Suriah
Sebelumnya, Ukraina dan AS mengabarkan, jika Rusia memobilisasi pasukan dari Suriah. Namun hal itu langsung dibantah tegas pihak kementerian pertahanan Rusia. Menurut Kremlin Moskwa, tuduhan itu membuat situasi menjadi kacau di perbatasan Ukraina.
Namun, yang mengejutkan, Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat (11/3/2022) mengakui telah mengizinkan sekitar 16.000 relawan dari Timur Tengah. Mereka dikerahkan bersama pemberontak yang didukung Rusia untuk berperang di Ukraina. Langkah tersebut ternyata sudah dilakukan lebih dari dua minggu sejak Putin memerintahkan invasi.
"Rusia mengerahkan tentara bayaran andal dari konflik seperti Suriah tanpa risiko untuk mengurangi tambahan korban dari kubu militer Rusia."
Dalam pertemuan Dewan Keamanan Rusia, Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan, ada 16.000 relawan di Timur Tengah yang siap datang untuk bertempur bersama pasukan yang didukung Rusia di wilayah Donbass yang belum lama ini memisahkan diri di Ukraina timur.
"Jika Anda melihat bahwa ada orang-orang yang ingin atas kemauan mereka sendiri, bukan karena uang, untuk datang membantu orang-orang yang tinggal di Donbass, maka kita perlu memberi mereka apa yang mereka inginkan dan membantu mereka sampai ke zona konflik," kata Putin di Kremlin, dikutip dari Reuters.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu juga mengusulkan agar rudal Javelin dan Stinger buatan Barat yang disita oleh tentara Rusia di Ukraina agar diserahkan kepada pasukan Donbass, bersama dengan persenjataan lain seperti sistem pertahanan udara portabel yang dikenal sebagai MANPADS, dan kompleks roket anti-tank lainnya.
"Mengenai pengiriman senjata, terutama senjata buatan Barat yang jatuh ke tangan tentara Rusia--tentu saja, saya mendukung kemungkinan memberikannya kepada unit militer republik rakyat Luhansk dan Donetsk," ujar Putin.
"Tolong lakukan ini," lanjutnya kepada Shoigu. Percakapan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menhan Rusia Sergei Shoigu itu ditayangkan di televisi Pemerintah Rusia, dikutip dari Kompas.com.
5. Rusia bantah menyasar warga sipil
Kabar terkini, sekitar 13.000 orang dievakuasi dari sejumlah kota Ukraina pada Sabtu (12/3/2022) malam, dilansir Reuters. Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchut menyebut, jumlah pengungsi hampir dua kali lipat jumlah yang berhasil keluar pada hari sebelumnya.
Vereshchuk mengatakan dalam sebuah pesan online bahwa tidak ada yang berhasil meninggalkan kota Mariupol yang terkepung. Dia menyalahkan penghalangan oleh pasukan Rusia. Namun, Moskwa menuduh pasukan Ukraina sengaja menjebak orang di sana. Mereka mengklaim tidak ada menyasar warga sipil
Ukraina sebelumnya juga menuduh Rusia mencegah evakuasi dari zona konflik dengan tidak menghormati gencatan senjata yang disepakati dan menembaki sasaran sipil.
Namun, Rusia lagi-lagi membantah tidak menargetkan warga sipil sejak awal invasi pada 24 Februari lalu. Mereka lantas menyalahkan Ukraina karena berulang kali gagal dalam upaya evakuasi. Pemboman yang dilakukan, menurut Rusia sebagai operasi khusus.
Menurut Rusia, ribuan orang terjebak di kota-kota Ukraina karena tidak segera diungsikan. Bahkan Rusia menuduh Ukraina sengaja menjebak warganya sendiri di tempat pertempuran.
Laporan Reuters, pasukan militer Rusia membombardir masjid di kota Mariupol di wilayah selatan Ukraina.
Sementara, Kementerian Luar Negeri Ukraina menyatakan, di masjid itu tengah berlindung 80 orang dewasa dan anak-anak, termasuk warga negara Turki.
"Masjid Sultan Sulaiman di Mariupol tengah diserang oleh Rusia," kata Kemenlu Ukraina, lewat akun Twitter resmi.
Pemerintah Ukraina sendiri menuding Rusia tak mengizinkan masyarakat kota Mariupol menyelamatkan diri dengan memasang blokade, sehingga ratusan ribu orang terperangkap di kota pelabuhan tersebut.
Sementara Rusia menyalahkan Ukraina gagal mengevakuasi rakyatnya sendiri, dan membantah bahwa mereka menargetkan warga sipil dalam operasi militer mereka. Hingga saat ini tidak diketahui berapa orang yang terluka atau tewas karena serangan tersebut.
Kota Mariupol sendiri telah dikepung Ukraina dalam satu pekan terakhir, dengan warga dikabarkan tak bisa lagi mengakses air bersih, listrik, hingga bahan pangan. Kota itu merupakan kota kecil berpenduduk 600 ribu jiwa.
Hari ini Ukraina juga memperkirakan gelombang serangan baru akan terjadi di tiga wilayah, yaitu Kyiv, Kharkiv, dan Donbass, setelah kemarin Rusia sempat megendurkan serangan.
6. Bantahan Belarus
Belarus telah membantah bergabung dengan invasi Rusia. Kepala staf umum angkatan bersenjata negara itu, Viktor Gulevich, mengatakan Belarus tidak memiliki rencana untuk memasuki perang.
Tetapi negara ini mengirim lima kelompok taktis batalyon (BTG) ke perbatasannya dengan Ukraina secara bergilir.
Namun, Ukraina menuduh Belarus akan iktu menyerang wilayahnya karena ajakan Rusia.
Ukraina juga menuduh Rusia mencoba menyeret sekutunya ke dalam perang dengan melancarkan serangan udara ke Belarus dari wilayah udara Ukraina.
Diketahui, Belarus telah berfungsi sebagai pos pementasan untuk pasukan, rudal, dan pesawat Rusia. Hal itu terjadi baik sebelum dan setelah Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari.
Sementara, pihak kemananan Amerika Serikat belum melihat bukti bahwa pasukan dari sekutu dekat Rusia, Belarus, berada di Ukraina.
"Kami belum melihat indikasi bahwa pasukan atau pasukan Belarus telah bergerak ke dalam Ukraina," kata Juru Bicara Pentagon John Kirby, Jumat (11/3/2022).
Dia menyebut, Pentagon belum melihat keterlibatan langsung pasukan Belarus dalam perang Rusia-Ukraina.
Meski demikian, Kirby menegaskan, bawah keterlibatan pasukan Belarus masih mungkin terjadi di kemudian hari.
"Itu bukan untuk mengatakan bahwa itu (keterlibatan pasukan Belarus) tidak bisa terjadi atau tidak akan terjadi," ungkap dia, dikutip dari AFP.
Juru bicara Pentagon juga mengatakan AS telah mencatat komentar Presiden Belarus Alexander Lukashenko bahwa pasukan negaranya akan membela bagian belakang pasukan Rusia jika mereka diserang.
"Itu pertama kalinya dia mengatakan sesuatu tentang Belarus yang mungkin terlibat," kata Kirby.
Tetapi, menurut dia, sekali lagi ditegaskan Pentagon, bahwa hingga saat ini tidak ada indikasi Belarus telah melakukannya atau hal tersebut akan segera terjadi.
7. Rusia tuduh Ukraina dan Amerika Serikat bangun senjata biologis, namun dibantah PBB
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzya, menyebut momok yang menakutkan dari “penyebaran agen hayati yang tidak terkendali dari Ukraina” di seluruh Eropa.
Demikian dikatakan Vasily Nebenzya saat bertemu dengan Dewan keamanan PBB pada hari Jumat (11/3/2022)
Sebelumnya Rusia mengklaim bahwa AS mendanai “kegiatan biologis militer” di Ukraina.
Namun, AS dan Ukraina dengan tegas membantah tuduhan tersebut.
Ukraina menegaskan, tidak ada mengembangkan senjata biologis di dalam negeri.
Melalui Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membantah tuduhan Rusia tersebut.
"Tidak ada bahan kimia atau senjata pemusnah massal lainnya yang dikembangkan di tanah saya. Seluruh dunia tahu itu", kata Zelensky dalam pernyataan video terbarunya yang dirilis Kamis (10/3/2022) malam, dikutip dari Kompas.com.
Klaim senjata kimia dan biologis itu juga dibantah oleh Amerika Serikat, mereka justru berbalik menuduh Moskwa sendiri yang akan menggunakan senjata biologis.
AS juga mengingatkan ancaman bahwa Rusia berusaha mengambil alih laboratorium kimia milik Ukraina dan mencoba menggunakannya untuk membuat senjata biologis.
AS telah memperingatkan kemungkinan penggunaan senjata kimia atau biologi oleh Rusia.
Inggris juga telah menyuarakan kekhawatiran bahwa Rusia dapat mengatur panggung untuk menggunakan senjata kimia di Ukraina, dan menggunakan tuduhan laboratorium bio sebagai dalih.
Pada Jumat (11/3/2022), Uni Eropa mengecam Rusia karena berusaha memanfaatkan DK PBB untuk menyebarkan disinformasi dan kebohongan tentang laboratorium senjata biologis di Ukraina.
Diplomat AS, Linda Thomas Greenfield dengan tegas menuding Rusia telah memberikan disinformasi dan menipu banyak orang soal klaim tersebut.
“PBB tidak tahu tentang program senjata biologi seperti itu,” demikian kata Izumi Nakamitsu, Wakil Tinggi PBB untuk urusan Pelucutan Senjata di hadapan anggota Dewan Keamanan PBB, Sabtu (12/3/2022).
Izumi Nakamitsu mengatakan, senjata biologis sudah dinyatakan tidak sah sejak dicetuskannya Konvensi Senjata Biologis pada 1975. "Baik Ukraina maupun Rusia telah menandatangani konvensi itu,"tegas Izumi Nakamitsu.
8. Wali Kota Melitopol Diculik
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, melaporkan pasukan Rusia telah menculik Wali Kota Melitopol, Ivan Fedorov. Ia meminta bantuan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, untuk mendesak pembebasan wali kota itu.
"Permintaan kami jelas: dia harus dibebaskan segera. Saya menelepon Kanselir Olaf Scholz. Saya juga bicara dengan Presiden Emmanuel Macron," ujar Zelensky, Sabtu (12/3/2022).
Laporan AFP, Volodymyr Zelensky melanjutkan: "Saya akan bicara dengan orang-orang yang penting demi pembebasan rakyat kami. Kami berharap pemimpin dunia menunjukkan bagaimana mereka bisa membawa pengaruh dalam situasi ini."
Zelensky menjelaskan bahwa Fedorov diculik pada Jumat (11/3/2022) oleh tentara Rusia yang kini memang sudah menguasai kota tersebut.
Menurut Zelensky, Fedorov ditangkap karena "tak kooperatif dengan pihak musuh." Berdasarkan keterangan parlemen Ukraina, Fedorov ditahan ketika sedang berada di pusat penanganan krisis Kota Melitopol.
Saat ditangkap, Fedorov tengah mengurus masalah suplai di fasilitas tersebut. Sehari setelah penangkapan tersebut, sekitar 2.000 warga Ukraina turun ke jalan, menolak invasi Rusia dan mendesak wali kota mereka segera dibebaskan.
"Apa kalian mendengar, Moskow? Jika 2.000 orang berdemonstrasi di Melitopol menentang okupasi, ada berapa yang menentang perang di Moskow?" kata Zelensky.
Ukraina menuduh Rusia melanggar hukum internasional dengan menculik wali kota Melitopol, sebuah kota Ukraina yang berada di bawah kendali Rusia selama invasi.
Sementara, laporan terbaru dari pihak pejabat Ukraina, Rusia mengklaim bahwa walikota Melitopol Ivan Fedorov diculik karena melakukan terorisme.
(*/tribun-meda.com/kompas.com/reuters/tass)