Suci Sekarwati

Kamis, 21 Juli 2022 06:30 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang kenaikan harga bensin dan bahan makanan pada bulan lalu telah mendorong inflasi Inggris hingga ke level tertinggi dalam 40 tahun. Untuk mendorong terjadinya perubahan, Bank Sentral Inggris akan menaikkan suku bunga pada bulan depan.

Sumber di Statistik Nasional Inggris mengatakan inflasi pada Juni 2022 naik menjadi 9,4 persen atau tertinggi sejak Februari 1982. Inflasi itu juga naik jika dibanding Mei 2022 yang tercatat sebesar 9,1 persen dan di atas 9,3 persen dari proyeksi jajak pendapat oleh Reuters dengan responden para ekonom.

Dengan kenaikan inflasi ini, maka Inggris memiliki tingkat inflasi tertinggi yang pernah terjadi di kalangan negara anggota G7 sejak 1985. G7 adalah kelompok negara-negara dengan ekonomi maju.

Negara – negara kecil di Uni Eropa saat ini juga mengalami kenaikan harga-harga dengan cepat.

Sejumlah sumber mengatakan data pada Rabu, 20 Juni 2022, memperlihatkan sinyalemen kalau Bank Sentral Inggris akan akan memilih menaikan suku bunga 50 bps pada bulan depan atau terbesar sejak 1995. Adapun Bank Sentral Eropa pada pekan ini sedang mempertimbangkan langkah semacam itu.

Gubernur Bank Sentral Inggris Andrew Bailey pada Selasa, 19 Juli 2022 mengatakan skala kenaikan pinjaman telah dipertimbangkan. Bank Sentral Inggris menaikkan rata-rata suku bunga lima kali sejak Desember 2022 sebagai upaya untuk menghentikan gelombang inflasi yang sepertinya sudah tertanam dalam perekonomian Inggris dan diperkirakan akan dinaikkan lagi pada 4 Agustus 2022.

“Naiknya inflasi berarti momentum untuk menaikkan suku bunga setengah poin pada Agustus nanti, namun memperketat kebijakan moneter terlalu agresif juga bisa menaikkan risiko terjadinya resesi dan hanya sedikit menyasar faktor-faktor global pendorong gelombang inflasi ini” kata Suren Thiru, Kepala Ekonom dari ICAEW.

Investor saat ini bisa melihat hampir 100 persen perubahan dari upaya Bank Sentral Inggris menaikkan suku bunga bank dari 1,25 persen menjadi 1,75 persen pada bulan depan. Sebelumnya pada Juni lalu, Bank Sentral Inggris mengaku siap mengambil langkah-langkah secara paksa jika memang diperlukan.

Sumber: Reuters

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.