Alasan NATO Tidak Ingin Ada Perdamaian dalam Perang Rusia-Ukraina - Sindonews
2 min read
Alasan NATO Tidak Ingin Ada Perdamaian dalam Perang Rusia-Ukraina
Minggu, 20 Agustus 2023 - 19:00 WIB
Total Share
2.011
A A A
Amerika Serikat (AS) dan sekutunya yang tergabung dalam NATO tidak ingin konflik Ukraina berakhir dan prakarsa perdamaian. Itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan dalam sebuah wawancara dengan International Affairs.
Baca juga: Rasmus Paludan, Politisi Anti-Islam Kembali Membakar Alquran
Ingin Mengalahkan Rusia
Masalah geopolitik perlu didiskusikan “bukan dengan [Presiden Ukraina Vladimir] Zelensky, yang merupakan boneka di tangan Barat, tetapi langsung dengan tuannya,” kata Lavrov pada awal tahun ini. Negosiasi langsung dengan Amerika akan masuk akal, katanya kepada majalah Urusan Internasional ketika ditanya tentang gagasan itu.
Baca juga: Janji Lindungi Muslim, Putin Kutuk Pembakaran Al-Qur'an di Swedia
Menunda Perdamaian untuk Mempersiapkan Militer
Bersikeras pada apa yang disebut 'formula perdamaian' Presiden Ukraina Vladimir Zelensky pada pertemuan di Kopenhagen dan Jeddah - di mana Rusia tidak diundang - "hampir tidak menunjukkan niat Barat untuk bernegosiasi dengan Rusia," kata Lavrov.
Selengkapnya lihat infografis
Baca juga: Rasmus Paludan, Politisi Anti-Islam Kembali Membakar Alquran
Ingin Mengalahkan Rusia
Masalah geopolitik perlu didiskusikan “bukan dengan [Presiden Ukraina Vladimir] Zelensky, yang merupakan boneka di tangan Barat, tetapi langsung dengan tuannya,” kata Lavrov pada awal tahun ini. Negosiasi langsung dengan Amerika akan masuk akal, katanya kepada majalah Urusan Internasional ketika ditanya tentang gagasan itu.
Baca juga: Janji Lindungi Muslim, Putin Kutuk Pembakaran Al-Qur'an di Swedia
Menunda Perdamaian untuk Mempersiapkan Militer
Bersikeras pada apa yang disebut 'formula perdamaian' Presiden Ukraina Vladimir Zelensky pada pertemuan di Kopenhagen dan Jeddah - di mana Rusia tidak diundang - "hampir tidak menunjukkan niat Barat untuk bernegosiasi dengan Rusia," kata Lavrov.
Selengkapnya lihat infografis
(rei)