Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Tidak Ada Kategori

    Ekspektasi eksternal picu maraknya kasus kesehatan mental anak muda – Antara news – https://bit.ly/3N1p4VQ #Opsiin #Kopiminfo - https://ift.tt/qXsOwN4

    2 min read

    Ekspektasi eksternal picu maraknya kasus kesehatan mental anak muda – Antara news November 25, 2023 at 12:30PM

    Ekspektasi eksternal picu maraknya kasus kesehatan mental anak muda

    Sabtu, 25 November 2023 11:24 WIB

    Ekspektasi eksternal picu maraknya kasus kesehatan mental anak mudaDirektur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi (PKJN RSMM) Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ pada podcast ANTARA di Jakarta, Jumat (24/11/2023). (ANTARA/Subur Atmamihardja)
    Mereka lebih memikirkan tentang kemapanan salah satunya
    Jakarta (ANTARA) – Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi (PKJN RSMM) Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ menemukan bahwa ekspektasi eksternal menjadi pemicu maraknya kasus kesehatan mental generasi muda.

    "Ketika saya meneliti stressor (pemicu) psikososial di DKI Jakarta, mereka merasa bahwa prestasi mereka tidak sesuai dengan ekspektasi. Masalahnya ekspektasi siapa? Kebanyakan dikte eksternal," kata dia pada kunjungannya ke kantor ANTARA di Jakarta, Sabtu.

    Nova menyebut bahwa ekspektasi eksternal atau tuntutan sosial tersebut membangun sebuah standar semu akan sebuah keberhasilan seseorang. Media sosial juga berperan besar dalam kasus tersebut.

    Dikte eksternal yang tersebar di media sosial saat ini, jelas Nova, membuat generasi muda berjarak dengan dirinya sendiri, dan tanpa sadar lupa untuk memiliki mimpi yang benar-benar diinginkan.

    "Ini adalah faktor pemicu yang paling tinggi, sangat tinggi, yang akhirnya berhubungan pada kekecewaan," ujar Nova yang juga seorang Psikiater.

    Baca juga: Kesehatan mental dan fenomena tragedi bunuh diri

    Baca juga: Kasus bunuh diri, pengaruh berita "tak sehat" dan media sosial

    Nova melakukan penelitian tersebut pada generasi Z di DKI Jakarta, yang lahir pada rentang tahun 1997 hingga 2012 (menurut laman Kementerian Keuangan RI).

    Merujuk pada data American Psychological Association, gen Z merupakan kelompok masyarakat yang paling mau mengakui bahwa mereka memiliki masalah dengan kesehatan jiwa.

    Nova menjelaskan, bahwa gen Z juga merupakan generasi paling rajin untuk mencari bantuan dan sangat peduli tentang kesehatan mental dan kehidupan secara keseluruhan, berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya.

    "Mereka lebih memikirkan tentang kemapanan salah satunya," imbuh Nova.

    Meski gen Z dinyatakan lebih terbuka soal isu kesehatan mental dan lebih rajin untuk mencari pertolongan, angka kasus bunuh diri di kalangan gen Z justru meningkat drastis dalam empat tahun terakhir.

    Di Jakarta, penelitian tahun 2019 terhadap 910 remaja usia 14 sampai 19 tahun menyatakan 13,8 persen berisiko bunuh diri di kemudian hari.

    Sementara baru-baru ini di tahun 2023, Nova mengatakan angka risiko tersebut telah naik di atas 50 persen. Penelitian kedua ini dilakukan terhadap 612 mahasiswa di Jakarta.

    "Ide untuk bunuh diri lebih banyak dialami pada perempuan, namun pada saat eksekusi atau benar-benar melakukan mayoritas jenis kelamin laki-laki," jelas Nova.

    Baca juga: Kementerian PPPA: Selama 2023 sudah ada 20 kasus bunuh diri anak

    Baca juga: Kesehatan mental dan Indonesia Emas

    Baca juga: Psikolog: Bunuh diri dipicu kondisi mental pelaku

    Pewarta: Pamela Sakina
    Editor: Maria Rosari Dwi Putri
    COPYRIGHT © ANTARA 2023

    • Tag:

    Informasi Terkini, terpopuler serta pilihan dari berbagai sumber terpercaya di https://bit.ly/3GMnTDt dan https://bit.ly/3aagi7A



    from Media Informasi – Kopiminfo https://ift.tt/qXsOwN4
    via IFTTT
    Komentar
    Additional JS