Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Istimewa Kesehatan Lintas Peristiwa Spesial

    Viral, Kisah Perjuangan Bidan Seberangi Sungai Rela Bertaruh Nyawa Demi Obati Pasien di Indonesia - Halaman all - Tribunjabar

    6 min read

      Kesehatan 

    Viral, Kisah Perjuangan Bidan Seberangi Sungai Rela Bertaruh Nyawa Demi Obati Pasien di Indonesia - Halaman all - Tribunjabar

    TRIBUNJABAR.ID - Menjalani profesi mulia ternyata harus menghadapi tantangan. Inilah pula yang dialami dua bidan ini.

    Selain tantangan lingkungan, tak jarang bidan yang bertugas di desa terpencil harus menghadapi tantangan infrastruktur.

    Potret fasilitas, infrastruktur atau akses jalan yang sulit dilalui masyarakat di sejumlah wilayah di Indonesia rupanya masih nyata adanya.

    Bahkan untuk mereka menuju ke fasilitas kesehatan pun cukup miris.

    Tak jarang, bila situasi mendesak, para tenaga kesehatan termasuk bidan juga harus berjuang menuju rumah warga demi mengobati pasien.

    Baca juga: Kisah Heroik Bripka Taswin, Polisi Selamatkan 3 Anak Telantar saat Patroli Malam, Jadi Figur Ayah

    Seperti itulah yang dialami dua bidan ini kisah perjuangannya yang bertaruh nyawa menyeberangi sungai demi mengobati pasien, viral.

    Kisah Bidan Dona

    Kisah pertama datang dari Bidan Dona (46). Bidan Dona merupakan warga Desa Andilan, Jorong Setia, Nagari Simpang Tonang Selatan, Kecamatan Dua Koto, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumbar yang baru-baru ini ramai dibicarakan publik.

    Pasalnya, pada Jumat (1/8/2025) lalu, ia menerjang aliran sungai untuk mencapai rumah pasiennya.

    Sejak mengabdi sebagai bidan ASN di daerah itu dari tahun 1999, itu adalah pengalam pertamanya harus berenang menyebrangi derasnya arus sungai di Pasaman, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) gegara jembatan penghubung satu-satunya terputus.

    Dalam video beredar, Bidan Dona tampak lihai berenang melintasi sungai.

    Tak ada keraguan di raut wajahnya. Bidan Dona justru sumringah ketika berhasil melintasi aliran sungai tersebut.

    Padahal, dalamnya sungai membuat seluruh tubuhnya hingga ke bagian leher terendam air.

    Bahkan di punggungnya ia membawa sebuah tas yang diduga berisikan alat medis dan obat-obatan, yang tentunya ikut terendam air sungai.

    Namun, janjinya untuk mengunjungi seorang pasien di Jorong Sinuangon, Nagari Cubadak Barat, Kecamatan Dua Koto, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat membuat semangatnya tetap membara.

    Apalagi pasien tersebut sudah lama menghubunginya untuk meminta pengobatan.

    "Saat itu saya baru pulang dari pelatihan di Pekanbaru. Pasien sudah lama menghubungi minta diobati. Begitu saya sampai Pasaman, saya langsung berangkat ke sana,” ungkapnya.

    Bidan Dona pun bergegas menuju lokasi dengan menyewa ojek. Pasalnya jarak rumah dengan lokasi pasiennya sekitar 27 kilometer.

    Ia merogoh kocek sebesar Rp 400 ribu.

    Namun di tengah perjalanan, Bidan Dona justru baru mendengar kabar jika jembatan penghubung antara dua nagari sudah roboh diterjang arus sungai.

    “Sampai di Lanai, warga bilang jembatan sudah putus. Awalnya saya kira masih bisa dilewati dengan berjalan kaki, tapi ternyata sudah roboh total,” sambungnya.

    Tanpa persipan khusus, memutuskan untuk berenang menerjang arus sungai.

    “Saya tidak tahu kalau jembatannya putus, jadi tidak bawa perlengkapan apapun. Tapi karena pasien butuh bantuan dan tidak mungkin saya menolak, saya putuskan berenang,” ucapnya.

    Bajunya basah. Alat medis yang berada di punggungnya berusaha ia selamatkan juga saat melintasi sungai.

    Bahkan tak sadar jika aksinya itu direkam hingga berujung viral.

    “Saya hanya dengar suara orang memanggil dari seberang, bilang ‘ke sinilah’,” katanya.

    Bidan Dona kembali bercerita, perjalanan menuju lokasi bukan sekadar menerjang sungai saja.

    Ia perlu melewati hutan dan jalan yang rusak parah.

    Bahkan ia sempat terjatuh ke lumpur hingga tiga kali.

    “Sudah sering saya ke kampung itu. Tapi ini pertama kali saya harus menyeberangi sungai. Bahkan sebelum sampai jembatan putus itu, saya tiga kali jatuh dari motor karena jalan berlumpur,” jelasnya.

    Bidan Dona mengaku berani menyeberangi sungai lantaran memiliki kemampuan berenang yang baik sejak sekolah.

    “Dulu waktu SMA saya ikut lomba renang, jadi tidak takut saya saat berenang. Waktu pulang dari rumah pasien, saya juga berenang lagi,” jelasnya.

    Pasien yang dikunjungi Bidan Dona kini sudah sembuh. 

    Bidan Dona berharap pemerintah segera memperbaiki infrastruktur di wilayah tersebut, terutama jalan dan jembatan penghubung antar nagari.

    “Semoga jembatan segera diperbaiki. Jalan pun diperhatikan karena bidan lain dan saya sering ke sana untuk mengobati warga,” tandasnya.

    Baca juga: Viral, Ucapan Ibu Mertua saat Menantu Berjuang Melahirkan ‘Biar Saja Kau Mati!’, Ditegur Bu Bidan

    Kisah Bidan Mega

    Jauh sebelum kisah Bidan Dona viral, sosok Mega Armini lebih dulu menjadi buah bibir.

    Sebab bidan di Bontocani, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) sejak tahun 2010 juga menyebrangi sungai acap kali berkunjung ke rumah pasiennya yang ada di dusun terpencil.

    Dilansir dari Tribun Timur, Mega mengatakan saat itu tengah menuju ke Dusun Madello lantaran ada pasien ibu hamil yang hendak bersalin.

    Sementara lokasi tempatnya bekerja ada di Dusun Mario dan berjarak tujuh kilometer.

    Namun akses menuju ke lokasi harus menerjang aliran sungai. Terhitung, pada saat itu ia sudah dua kali menerjang sungai yang meluap.

    "Tidak mengenal waktu, biar tengah malam atau dini hari sampai subuh," terang Mega.

    Selain itu, di wilayah lain juga ada yang masih terisolir yaitu Dusun Bahonglangi berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sulsel.

    Desa Bontojai sendiri berbatasan dengan tiga kabupaten di Sulsel.

    Yakni Kabupaten Sinjai, Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros.

    "Kalau ada pasienku yang harus di rujuk dari Dusun Madello itu saya rujuk ke Gowa, karena lebih dekat Puskesmas Tamaona," jelas Mega.

    Kata dia, perjuangan warga di Dusun Madello itu pasien digotong menggunakan tandu oleh warga setempat sejauh 7 km.

    "Sampai akses jalan yang bisa dilalui kendaraan roda empat," katanya.

    Pada saat musim kemarau perjalanan pasien ditandu hanya 5 km.

    Mega berharap pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap Kecamatan Bontocani.

    "Semoga jalan di dusun terpencil dapat diakses kendaraan roda empat," ucapnya.

    Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Kisah 2 Bidan Sebrangi Sungai Demi Obati Pasien di Indonesia Ini Viral ,Satunya dari Dusun Terpencil

    Sumber: Tribun Jakarta
    Komentar
    Additional JS