Ilmuwan Ungkap Fenomena 'Aneh' Hutan-hutan yang Pulih Sendiri, Indonesia Disorot - detik
Ilmuwan Ungkap Fenomena 'Aneh' Hutan-hutan yang Pulih Sendiri, Indonesia Disorot
Sebuah studi menemukan hutan yang mengalami deforestasi ternyata bisa pulih secara alami jika dibiarkan. Para peneliti mengidentifikasi potensi fenomena ini dan menyorot sejumlah negara termasuk di Indonesia.
Peneliti dari Queensland University of Technology dan Institute for Capacity Exchange in Environmental Decisions, Brooke Williams, mengatakan pemulihan hutan dengan penanaman pohon telah dianggap sebagai cara yang memakan biaya besar. Namun, jika dengan memanfaatkan cara pemulihan alami, maka hutan yang telah terdeforestasi bisa pulih secara efektif dari segi biaya.
"Model (dalam studi) kami dapat memandu di mana penghematan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya," katanya, dilansir Earth.com.
Hutan di Brasil hingga Indonesia Disorot Ilmuwan
Dalam studinya yang terbit di Nature pada 30 Oktober 2024 lalu, Brooke dan timnya melakukan penginderaan jauh selama beberapa dekade. Dengan menggunakan citra satelit dari waktu ke waktu, para peneliti mengidentifikasi jutaan area tutupan pohon yang tidak ditanami oleh manusia dari tahun 2000 sampai 2012.
Kemudian memverifikasi sampai 2015 dengan mengumpulkan data global tentang pemulihan hutan kembali.
Hasilnya, ditemukan hingga 530 juta hektar lahan tropis yang telah mengalami deforestasi mengalami regenerasi alami. Luas ini bisa menyerap 23,4 gigaton karbon selama 30 tahun, yang secara drastis membantu upaya global untuk memerangi perubahan iklim.
Studi milik Brooke ini, telah mengidentifikasi hutan-hutan tropis penting dunia. Negara-negara yang disorot bisa melakukan regenerasi hutan ini yaitu Brasil, Indonesia, China, Meksiko, dan Kolombia.
Menurut peneliti, hutan di negara-negara tersebut memiliki kandungan karbon tanah yang tinggi dan memiliki kedekatan dengan hutan yang tersisa. Ini menjadikannya ideal untuk pulih secara alami.
"Faktor-faktor tersebut khususnya tampaknya sangat membantu menjelaskan pola pertumbuhan kembali yang kita lihat di seluruh dunia," Matthew Fagan, seorang ahli sistem lingkungan di Universitas Maryland.
Dengan studi ini, peneliti berharap ke depan masyarakat setempat, organisasi, dan daerah dari tingkat kabupaten hingga tingkat nasional bisa mengadvokasi dengan tepat bagaimana hutan harus dipulihkan.
Penanaman Kembali Secara Aktif Lebih Unggul
Sementara itu, studi sebelumnya mengungkapkan penanaman pohon kembali secara aktif jauh lebih unggul daripada pemulihan alami. Hal ini terungkap dalam studi yang terbit di Science Advances Vol. 9 No. 37 pada 15 September 2023, oleh Andy Hector, dan kawan-kawan.
Profesor Andy Hector dari Universitas Oxford dan rekan-rekannya lebih dari dua puluh tahun yang lalu sebagai bagian dari Kemitraan Penelitian Hutan Hujan Asia Tenggara (SEARRP). Percobaan ini menilai pemulihan 125 petak berbeda di area hutan tropis yang telah ditebang, yang ditanami dengan kombinasi spesies pohon yang berbeda.
Hasilnya menunjukkan petak yang ditanami kembali dengan campuran 16 spesies pohon asli menunjukkan pemulihan luas kanopi dan biomassa pohon total yang lebih cepat, dibandingkan dengan petak yang ditanami kembali dengan 4 atau hanya 1 spesies. Bahkan, petak yang telah ditanami kembali dengan 1 spesies pohon pun pulih lebih cepat daripada petak yang dibiarkan pulih secara alami.
"Studi baru kami menunjukkan penanaman kembali hutan tropis yang telah ditebang dengan campuran beragam spesies pohon asli menghasilkan banyak keuntungan, mempercepat pemulihan tutupan pohon, keanekaragaman hayati, dan layanan ekosistem penting seperti penyerapan karbon," kata Hector dari Departemen Biologi, Universitas Oxford, dikutip dari ox.ac.uk.
Menurutnya, keragaman yang lebih besar memberikan ketahanan yang lebih besar. Hal ini bisa terjadi karena spesies pohon yang berbeda menempati posisi atau 'ceruk' yang berbeda dalam suatu ekosistem.
Dalam hal ini, campuran yang beragam saling melengkapi untuk meningkatkan fungsi dan stabilitas ekosistem secara keseluruhan. Misalnya, beberapa spesies pohon tropis lebih toleran terhadap kekeringan karena menghasilkan lebih banyak zat kimia pelindung, sehingga memberikan ketahanan hutan terhadap periode curah hujan rendah.
"Keberadaan keanekaragaman di hutan tropis dapat diibaratkan sebagai efek asuransi, mirip dengan memiliki strategi keuangan berupa portofolio investasi yang beragam," imbuh Hector.
Ia dan timnya menekankan bahwa penanaman pohon kembali secara aktif lebih unggul untuk pemulihan hutan. Hal ini terutama dengan adanya beragam jenis pohon yang dapat mendukung keanekaragaman hayati hewan yang jauh lebih luas.
Misalnya, burung rangkong secara khusus membutuhkan pohon-pohon besar dan dewasa dengan lubang tempat betina dapat bersarang.