Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Tukul Arwana

    Tukul Arwana Pendarahan Otak, Kenali Gejalanya Berawal dari Nyeri Sekitar Mata -;inews

    4 min read

     

    Tukul Arwana Pendarahan Otak, Kenali Gejalanya Berawal dari Nyeri Sekitar Mata

    Tukul Arwana Pendarahan Otak, Kenali Gejalanya Berawal dari Nyeri Sekitar Mata
    Tukul Arwana mengalami pendarahan otak (Foto: Instagram)

    JAKARTA, iNews.id - Komedian Tukul Arwana dikabarkan mengalami pendarahan di otak dan harus menjalani perawatan di rumah sakit. Setelah menjalani operasi selama kurang lebih 2 jam, saat ini bapak tiga anak itu masih menjalani masa pemulihan.

    "Untuk kondisi saat ini, Jumat 24 September, Alhamdulillah sudah berngasur-angsur membaik," kata manajer Tukul Arwana, Rizky Kimun.

    Mengutip dari Medical News Today, pendarahan otak adalah kondisi medis yang biasa disebut intrakranial atau brain hemorrhage. Jika dibiarkan, darah yang bocor dari pendarahan dapat menyebabkan kompresi hingga kerusakan jaringan otak.

    Salah satu penyebab pendarahan otak adalah aneurisma. Kondisi di mana dinding pembuluh darah otak melebar atau menonjol (ballooning) akibat lemahnya dinding pembuluh darah tersebut.

    Jika aneurisma pecah dapat mengakibatkan kondisi fatal yaitu perdarahan otak (subarachnoid) dan kerusakan otak. Pecahnya aneurisma ini diperkirakan dialami oleh 1 orang setiap 18 menit. 

    Lantas, apa penyebab dan gejala terjadinya pendarahan otak? Berikut ulasannya dirangkum pada Jumat (24/9/2021).

    Kepala Bedah Saraf Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), dr. Abrar Arham mengatakan, Aneurisma otak dapat terjadi pada siapa saja, dan umumnya sebelum pecah aneurisma tidak bergejala, sehingga dianjurkan untuk melakukan brain check- up secara rutin," ujar dr. Abrar melalui keterangan virtualnya belum lama ini.

    "Aneurisma otak memiliki dampak besar. Memang tidak selalu berujung pada kematian. Namun, kualitas hidup penderitanya juga menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga. Kecacatan, perawatan, tenaga, dan biaya besar menjadi faktor penting yang perlu dipahami oleh penderita aneurisma otak," kata dia.
     
    Dia menjelaskan, Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), saat ini menangani kurang lebih 100 kasus aneurisma otak setiap tahunnya. Penanganan kasus aneurisma otak membutuhkan kolaborasi multidisiplin melibatkan dokter bedah saraf, neurointervensionist, neurologist, intensivist, dan lain sebagainya. 

    "Di samping itu, diperlukan berbagai peralatan dan fasilitas penunjang yang memadai dan mutakhir agar kita dapat menangani kasus aneurisma otak dengan tingkat keberhasilan yang cukup baik,” ujar dr Abrar.

    Penanganan aneurisma, lanjutnya, dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain operasi bedah mikro (clipping aneurisma) atau dengan teknik minimal invasif endovaskular (coiling aneurisma). Untuk mengevaluasi secara detail kelainan pembuluh darah otak ini, dibutuhkan pemeriksaan DSA (Digital Subtraction Angiography), yang hasilnya dapat membantu menentukan jenis terapi terbaik untuk menangani kasus aneurisma. 

    Dokter Abrar juga memaparkan teknologi minimal invasif (endovaskular) untuk tatalaksana aneurisma ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu perkembangan terkini yaitu pemasangan Cerebral Flow Diverter untuk pengobatan aneurisma yang angka keberhasilannya sangat tinggi hingga 95 persen. 

    Menurutnya, metode ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit PON dalam beberapa tahun ke belakang. Adapun keunggulan teknologi ini adalah prosedur relatif cepat, pasca-tindakan tidak perlu perawatan ICU, mengurangi lamanya rawat inap, lebih nyaman untuk pasien, dan tidak ada luka sayatan.

    “Dengan hadirnya Aneurysm Awareness Month ini, saya berharap masyarakat lebih aware akan penyakit ini dan mau melakukan pemeriksaan brain check-up secara rutin, sehingga kasus-kasus aneurisma otak di Indonesia dapat ditangani sebelum pecah dan membantu mencegah kecacatan dan kematian akibat penyakit ini," katanya.

    Risiko

    Lantas apa saja fakta dari aneurisma? Dokter Abrar menjelaskan aneurisma terjadi karena melemahnya dinding pembuluh darah otak. Adapun pasien yang berisko adalah memiliki hipertensi, berusia di atas 40 tahun. Para perokok dan genetik juga memiliki potensi risiko aneurisma.

    Gejala

    Selain faktor risiko, Anda juga harus mengenal gejala dari aneurisma. Menurut dr Abrar, biasanya akan terjadi nyeri di sekitar mata, mati rasa di salah satu sisi wajah, pusing dan sakit kepala, kesulitan berbicara, keseimbangan terganggu sulit berkonsentrasi atau memiliki daya ingat yang lemah, hingga gangguan penglihatan atau melihat ganda.

    Sementara itu, gejala pecahnya aneurisma dapat berupa penglihatan terganggu, mual dan muntah, kehilangan kesadaran, kejang, sulit berbicara, lumpuh, kelemahan pada tungkai atau salah satu sisi tubuh.

    "Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah MRI untuk mendeteksi ada tidaknya aneurisma otak. CT scan, untuk memastikan ada tidaknya perdarahan di otak akibat pecah atau bocornya aneurisma otak," ujarnya.

    Selain itu juga dilakukan angiografi otak, untuk memastikan ada tidaknya kelainan di pembuluh darah otak, termasuk mendeteksi aneurisma otak. Angiografi bisa dilakukan dengan CT scan (CTA) atau dengan MRI (MRA)," kata dia.

    Editor : Vien Dimyati

    Komentar
    Additional JS