Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Featured Rusia Ukraina

    Bayi Ukraina Lahir di Bunker saat Rusia Memborbardir Rumah Sakit, Bangsal Bersalin Terkena Rudal - Tribunnews

    7 min read

     

    Bayi Ukraina Lahir di Bunker saat Rusia Memborbardir Rumah Sakit, Bangsal Bersalin Terkena Rudal - Halaman all

    Koridor bangsal bersalin di RS Pavlusenko Ukraina, setelah terkena serangan rudal Rusia, Selasa (1/3/2022). Seorang bayi lahir di sebuah bunker rumah sakit saat bangsal bersalin, tempat di mana seharusnya ia dilahirkan, dibombardir oleh Rusia.
    Koridor bangsal bersalin di RS Pavlusenko Ukraina, setelah terkena serangan rudal Rusia, Selasa (1/3/2022). Seorang bayi lahir di sebuah bunker rumah sakit saat bangsal bersalin, tempat di mana seharusnya ia dilahirkan, dibombardir oleh Rusia.
    X

    TRIBUNNEWS.COM - Seorang bayi lahir di sebuah bunker rumah sakit saat bangsal bersalin, tempat di mana seharusnya ia dilahirkan, dibombardir oleh Rusia.

    Sambil berlindung di bunker di bawah tembakan rudal Rusia, staf bangsal bersalin di rumah sakit Pavlusenko di Kota Zhytomyr memusatkan perhatian pada seorang wanita hamil yang akan melahirkan.

    Beberapa saat sebelumnya, sirene serangan udara terdengar di kota Ukraina.

    Puluhan pasien berebut menuju bunker bawah tanah.

    Mereka yang terlalu sakit untuk bergerak, termasuk pasien Covid-19 yang diintubasi, harus ditinggalkan di lantai atas.

    Anggota staf yang ditunjuk mempertaruhkan hidup mereka untuk tetap bersama pasien-pasien tersebut.

    Pejabat rumah sakit mengatakan kepada The Independent bahwa serangan udara di Zhytomyr pada hari Selasa (1/3/2022) telah menghantam sebuah pangkalan militer yang hanya berjarak 200 meter dari rumah sakit mereka.

    Beberapa bangsal rusak parah.

    Bagian yang paling mengenaskan yaitu bangsal bersalin, di mana 45 wanita dan 15 bayi yang baru lahir dirawat pada saat itu.

    Bangsal bersalin di RS Pavlusenko Ukraina, setelah terkena serangan rudal Rusia, Selasa (1/3/2022) (Staf RS Pavlusenko via The Independent)

    "Pada pukul 22.30 [pada Selasa malam] sirene memperingatkan kami bahwa ada api yang masuk, jadi kami berlari ke tempat penampungan," kata Dr Olena Volodymyrivna, kepala bangsal bersalin, melalui telepon dari dalam bunker tempat dia berlindung.

    "Mengerikan, semua bangunan bergetar."

    "Saya merasa seperti tanah dicabik dari bawah kaki kami."

    "Semua anak menangis, semuanya, dan ibu, banyak di antaranya baru saja melahirkan, ketakutan."

    Ketika ledakan membuat seorang wanita langsung berkontraksi, ahli anestesi, neonatologi dan bidan segera bertindak, katanya.

    "Bunker adalah satu-satunya tempat kami dapat melahirkan bayinya dengan aman."

    "Dia melahirkan seorang bayi perempuan pada pukul 6 pagi di bawah tanah," kata Dr Volodymyrivna.

    Koridor di bangsal bersalin RS Pavlusenko Ukraina, setelah terkena serangan rudal Rusia, Selasa (1/3/2022) (Staf RS Pavlusenko via The Independent)

    Lebih dari 2.000 warga sipil telah tewas sejak Rusia menginvasi Ukraina 24 Februari lalu, menurut layanan darurat Ukraina, meskipun jumlah itu tidak dapat diverifikasi secara independen.

    Layanan darurat negara itu juga mengatakan bahwa ratusan bangunan, termasuk fasilitas transportasi, rumah sakit, taman kanak-kanak dan rumah, telah hancur sejak perang dimulai.

    Konflik telah memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka.

    Badan pengungsi PBB mengatakan lebih dari 1 juta orang telah meninggalkan Ukraina.

    PBB juga telah memperingatkan bahwa jumlah tersebut pada akhirnya bisa mencapai 5 juta jika situasinya terus memburuk.

    Di Zhytomyr, sebuah kota yang dekat dengan Kyiv, setidaknya empat orang termasuk seorang anak tewas dalam pemboman Rusia pada Selasa malam, menurut Anton Gerashchenko, penasihat menteri dalam negeri Ukraina.

    Melalui saluran Telegramnya, dia menambahkan bahwa beberapa bangunan tempat tinggal telah dibakar oleh serangan itu, yang dia yakini ditujukan ke pangkalan terdekat Brigade Lintas Udara ke-95.

    Di seluruh negeri, Rusia telah melanjutkan serangan ganasnya di beberapa kota.

    Rusia mengintensifkan pemboman daerah perkotaan.

    Pada hari Selasa (1/3/2022), pasukan Rusia membom menara TV utama di Kyiv.

    Insiden itu menewaskan lima orang dan merusak peringatan Babi Yar Holocaust di ibukota.

    Pasukan Rusia juga telah membombardir kota kedua Ukraina, Kharkiv.

    Di Kharkiv, jumlah korban tewas telah meningkat menjadi setidaknya 34 orang.

    Serangan rudal di pusat Freedom Square memicu kemarahan dan kegemparan di seluruh dunia.

    Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada hari Rabu bahwa ia "sangat prihatin" dengan laporan serangan terhadap fasilitas kesehatan.

    Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pihaknya bekerja untuk memverifikasi laporan tersebut.

    Ia menambahkan bahwa serangan terhadap layanan kesehatan akan melanggar hukum humaniter internasional.

    Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson melangkah lebih jauh.

    Ia secara eksplisit menuduh pasukan Vladimir Putin melakukan kejahatan perang.

    Johnson mengatakan tindakan mengerikan terjadi hampir setiap jam karena pusat-pusat populasi menjadi sasaran rudal.

    "Apa yang telah kita lihat dari rezim Vladimir Putin, dalam penggunaan amunisi yang telah mereka jatuhkan pada warga sipil tak berdosa, dalam pandangan saya sudah sepenuhnya memenuhi syarat sebagai kejahatan perang," kata Johnson kepada anggota parlemen Inggris pada hari Rabu.

    Jaksa Pengadilan Pidana Internasional (ICC) pada hari Rabu mengatakan pihaknya akan segera membuka penyelidikan atas kemungkinan kejahatan perang di Ukraina.

    Langkah itu dilakukan ICC setelah didesak oleh 39 negara.

    Pemandangan luar RS Pavlusenko Ukraina, di mana bangsal bersalin tidak bisa lagi digunakan, setelah terkena serangan rudal Rusia, Selasa (1/3/2022) (Staf RS Pavlusenko via The Independent)

    Sementara itu di Zhytomyr, Dr Volodymyrivna mengatakan bangsal bersalin tidak lagi berfungsi.

    Semua wanita dan bayi telah dievakuasi ke berbagai kota di wilayah tersebut.

    Vitalina Cherepanska, seorang dokter perawatan darurat, mengatakan dari 150 pasien di unitnya di rumah sakit, hanya 30 yang masih tersisa karena mereka terlalu sakit untuk dipindahkan.

    "Mereka yang sakit kritis dengan Covid dan oksigen telah ditinggalkan di sejumlah kecil kamar yang tidak terlalu rusak yang dapat kami tempati saat itu," katanya kepada The Independent.

    "Relawan membantu untuk sementara memperbaiki jendela dengan kayu, untuk mencegah dingin karena suhu minus."

    Dia mengatakan curahan dukungan membuatnya terus berjalan.

    "Pertama saya panik, saya putus asa," katanya.

    "Tapi kemudian ketika saya melihat motivasi, kesediaan semua orang untuk saling membantu, saya melupakan keputusasaan."

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

    Komentar
    Additional JS