Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Amerika Serikat

    Mantan Diplomat AS: Sekutu di Timur Tengah Kini Mulai Jaga Jarak dengan Amerika - inews

    3 min read

     

    Mantan Diplomat AS: Sekutu di Timur Tengah Kini Mulai Jaga Jarak dengan Amerika

    6-8 minutes
    Mantan Diplomat AS: Sekutu di Timur Tengah Kini Mulai Jaga Jarak dengan Amerika Ilustrasi relasi Arab Saudi dan Amerika Serikat. (Foto: Dok. Almanar)

    WASHINGTON DC, iNews.id – Negara-negara mitra AS di Timur Tengah kini mulai menjauhkan diri dari pengaruh Washington DC di tengah upaya mereka menstabilkan kawasan itu. Hal tersebut diungkapkan mantan Duta Besar AS untuk Arab Saudi, Chas Freeman, belum lama ini.

    Shopee

    BIG RAMADAN SALE

    Promo terbesar Se-Indonesia. Diskon 50%, THR Kaget 15 Milyar, Flash Sale Akbar Rp.1. Gratis Ongkir Super DAHSYAT dan masih banyak promo lainnya.

    LIHAT
    KODE JFC

    S & K 📅 31 May 2023

    “Negara-negara Asia Barat (Timur Tengah) mulai melihat diri mereka sebagai anggota dari apa yang (ilmuwan politik Rusia) Sergei Karaganov sebut sebagai ‘mayoritas dunia’ dan menjauhkan diri dari Amerika Serikat,” kata Freeman kepada kantor berita Sputnik, seperti dilansir pada Jumat (28/4/2023).

    Baca Juga

    “Semua ini mewakili berkurangnya pengaruh Amerika yang secara alami menjadi kekhawatiran Washington DC,” ujarnya.

    Arab Saudi baru-baru ini mengambil langkah diplomatik untuk memulihkan hubungan dengan Iran, Suriah, dan Hamas. Sementara Bahrain dan Qatar juga setuju untuk melanjutkan kembali hubungan diplomatik mereka yang sempat terputus. 

    Baca Juga

    Pada pertengahan April, Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad melakukan perjalanan ke Arab Saudi. Peristiwa itu menandai kunjungan pertama diplomat top Damaskus ke Riyadh sejak 2011. Kedatangannya ke Saudi untuk membahas upaya mencapai solusi politik yang mungkin untuk mencairkan kembali hubungan kedua negara.

    Menurut Freeman, bagian timur dunia Arab sudah lama tunduk pada kekuatan eksternal. Akan tetapi, sekarang mereka berada di tengah penataan ulang hubungan regional yang digerakkan secara mandiri.

    Baca Juga

    “Aktor utamanya telah menguasai nasib mereka sendiri untuk pertama kalinya sejak invasi Napoleon 1798 ke Mesir dan sedang mencari jawaban mereka sendiri untuk masalah wilayah mereka,” kata Freeman.

    Baca Juga

    Menurut mantan diplomat AS itu, Timur Tengah sekarang dipimpin oleh para pemimpin independen yang tegas. Mereka punya komitmen sendiri tentang bagaimana kepentingan nasional mereka akan dilayani dengan baik, dan mereka tidak menanggapi dengan baik upaya luar untuk mendikte kebijakan di wilayah tersebut.

    “Para pemimpin ini telah belajar dari pengalaman pahit bahwa penggunaan kekuatan dan tindakan rahasia tidak hanya menyelesaikan beberapa masalah tetapi seringkali mahal dan kontraproduktif,” kata Freeman.

    Baca Juga

    “Hasilnya adalah pencarian perdamaian dan stabilitas antara negara-negara di kawasan itu tanpa memperhatikan pandangan Amerika Serikat dan bekas kekuatan kolonial,” ucapnya.

    Negara-negara Timur Tengah, kata Freeman, memperluas jangkauan mereka ke kekuatan yang tengah menunjukkan kebangkitannya seperti China, India, Brasil, dan Rusia. Mereka juga berusaha merapat dengan berbagai organisasi antarpemerintah yang dibentuk pasca-Perang Dingin seperti BRICS dan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO).

    Freeman adalah pensiunan diplomat dan penulis Amerika yang pernah bertugas di Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan AS selama 30 tahun. Dia pernah memegang berbagai jabatan sepanjang kariernya di pemerintahan.

    Senin (24/4/2023) lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan di PBB bahwa dunia harus lebih meningkatkan lagi upaya untuk mencapai penyelesaian politik dan menstabilkan zona konflik di Timur Tengah. Apalagi, kawasan tersebut kini tengah mengalami transformasi yang mendalam.

    Lavrov juga mengatakan, pendekatan multilateral diperlukan untuk menyelesaikan krisis Palestina-Israel. Dia pun mengkritik tindakan sepihak oleh AS dan Uni Eropa selama  ini yang dinilainya telah merusak proses perdamaian Timur Tengah.

    Editor : Ahmad Islamy Jamil

    Follow Berita iNews di Google News

    Komentar
    Additional JS