PDB AS Melambat, Risiko Resensi Kembali Mengintai - Beritasatu
PDB AS Melambat, Risiko Resensi Kembali Mengintai

Jakarta, Beritasatu.com - Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat melambat pada kuartal pertama tahun ini akibat kenaikan suku bunga dan inflasi. Para ahli memperkirakan bahwa ekonomi AS bisa masuk ke dalam resesi di akhir tahun ini.
Dilansir dari CNBC Internasional, Departemen Perdagangan melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) AS atau total barang dan jasa yang diproduksi selama periode tersebut hanya meningkat 1,1% pada tingkat tahunan pada kuartal pertama. Padahal, para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones sebelumnya memperkirakan pertumbuhan sebesar 2%.
Pertumbuhan ekonomi ini mengikuti pertumbuhan di kuartal keempat tahun lalu yang meningkat 2,6%, sebagai bagian dari pertumbuhan selama satu tahun sebesar 2,1%.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa indeks harga konsumsi belanja pribadi (PCE), yang merupakan ukuran inflasi yang sangat diperhatikan oleh Federal Reserve, meningkat 4,2%, melebihi estimasi sebesar 3,7%. Sedangkan inti PCE yang tidak memperhitungkan harga makanan dan energi naik 4,9%, dibandingkan dengan kenaikan sebelumnya sebesar 4,4%.
Setelah laporan tersebut dirilis, saham menguat dan imbal hasil surat utang pemerintah naik.
Pelambatan pertumbuhan ekonomi terjadi karena penurunan investasi swasta dan perlambatan investasi tetap nonresidensial. Menurut laporan tersebut, melambatnya investasi berdampak pada koreksi 2,26 poin persentase dari angka utama.
Pengeluaran konsumen yang diukur dengan pengeluaran konsumsi pribadi meningkat 3,7% dan ekspor naik 4,8%. Investasi swasta bruto domestik turun 12,5%.
Pada saat yang sama, klaim pengangguran turun menjadi 230.000 selama seminggu yang berakhir pada 22 April, di bawah perkiraan sebesar 249.000.
Meskipun pertumbuhan ekonomi AS melambat, konsumen masih cukup tahan banting dan diperkirakan akan menggunakan kekuatan pembelian dan tabungan mereka untuk menjaga agar kontraksi ekonomi tidak terlalu dalam dan singkat. Meskipun Federal Reserve telah menaikkan suku bunga secara signifikan sejak Maret 2022, inflasi masih di atas target 2% bank sentral dan diperkirakan akan membutuhkan suku bunga yang tinggi.
Namun, pasar tenaga kerja yang kuat, dengan tingkat pengangguran sebesar 3,5%, juga diharapkan akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Meskipun demikian, ada juga risiko dari sektor perbankan yang bisa mempengaruhi ekonomi ke depannya, sehingga membuat para ahli memperkirakan bahwa ekonomi AS bisa masuk ke dalam resesi di akhir tahun ini.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
BERITA TERKAIT

Harga Emas Naik Jelang Data Ekonomi AS Sebagai Pijakan Fed

Membaiknya PDB AS dan The Fed Picu Tren Positif Aset Kripto

Harga Emas Melonjak 0,4% karena Kenaikan Suku Bunga Fed

Fed Kerek Suku Bunga 25 Bps, Era Kenaikan Hampir Berakhir

Pekan Ini IHSG Akan Bullish, Pantau Saham Pilihannya

Harga Minyak ke Level Terendah 9 Minggu karena Inflasi AS
BERITA TERKINI

IHSG Hari Ini Dibuka Melemah ke 6.925,7

Sebelum Hilang Kontak, Pesawat Antariksa Jepang Potret Kondisi Bumi saat Gerhana

Berhasil Dievakuasi dari Sudan, 385 WNI Tiba di Jakarta

Bursa Asia Lanjutkan Penguatan di Wall Street, Pengangguran Jepang Naik

Gerindra Tetap Bangun Komunikasi Politik dengan PDIP

Sempat Pingsan di Stasiun, Atlet Paralimpiade Nasional David Jacobs Meninggal Dunia

Dituduh Terkait Pembunuhan Massal, Pendeta Terpandang di Kenya Ditangkap

Sri Mulyani: Pemerintah Kucurkan Rp 90 T untuk Sukseskan Mudik Lebaran 2023

Indeks UV Hari Ini Masih Tinggi hingga Ekstrem, Di Mana Saja?

Tingkatkan Pendapatan dan Tekan Beban, GOTO Kurangi Rugi hingga 41%


B-FILES
